2 Kisah Inspiratif tentang Semut dan Lalat, Nelayan dan Manager

2 Kisah Inspiratif tentang Semut dan Lalat, Nelayan dan Manager


Mari kita ambil pesan moral dari kedua kisah ini untuk menambah pengetahuan kita serta memperkuat dan mempermudah kita dalam menjalani kehidupan ini

1. Kisah Inspiratif Semut dan Lalat

 

Cerita Motivasi Semut dan Lalat
Kisah Inspiratif Semut dan Lalat

      Siang itu ada puluhan lalat berkumpul di sebuah tong sampah di sebuah rumah. Kala itu Si pemilik rumah tersebut terlihat pergi tergesa-gesa dan lupa untuk menutup pintu rumah.
 
Seekor lalat dari kerumunan tersebut melihatnya dan segera memanfaatkan kesempatan itu, lalu dia terbang ke dalam rumah dan langsung menuju meja makan yang penuh dengan makanan lezat.

Di dalam hati si lalat berkata “bosan aku makan makanan sisa dari tong sampah terus, sekali-sekali ingin makan makanan yang segar” sambil menikmati makanan yang ada di meja makan tersebut.
 
Setelah si lalat pun kenyang, dia pun ingin segera keluar dari rumah itu secepatnya sebelum keberadaannya diketahui oleh si pemilik rumah.

Si lalat kemudian menuju pintu tempat dia masuk tadi, tapi ternyata pintu itu sudah tertutup rapat. Kemudian lalat itu hinggap di pintu kaca sambil melihat teman-temannya dan terus berusaha sekuat tenaga untuk keluar.
 
Tanpa kenal lelah si lalat menabrakkan dirinya pada jendela kaca agar bisa keluar secepatnya, tapi dia tetap tidak berhasil.

Pada sore hari, si lalat sudah terkapar di lantai, dia sangat kelelahan dan frustasi karena terus menabrakkan dirinya ke jendela kaca itu.
 
Lalu pada waktu yang tidak begitu lama datanglah segerombolan semut yang sedang mencari makan. Tanpa ada sedikitpun perlawanan dari si lalat, gerombolan semut berhasil menaklukkannya dengan sangat mudah. Gerombolan semut itu lalu menggotong si lalat menuju sarang mereka.

Dalam perjalanan gerombolan semut itu berbicara satu sama lain, semut kecil ini bertanya pada rekannya yang lebih tua “Kenapa si lalat ini bisa sekarat seperti ini ya?” si semut tua tersebut menjawab “Sebenarnya dari tadi lalat ini sudah berusaha keras untuk keluar tapi akhirnya dia frustasi dan kelelahan”.
 
Kemudian Si semut kecil ini bertanya lagi “Bukankah dia sudah berusaha keras? Seharusnya kan dia berhasil keluar?”. Si semut tua pun menjawabnya “Ya memang seharusnya seperti itu, masalahnya dia hanya melakukan hal yang sama saja terus menerus.
 
Dia menabrakkan dirinya ke kaca, coba seandainya dia terbang sedikit ke atas. Di atas pintu kaca tersebut ada lubang udara dan dia bisa keluar dari situ”.

Pesan tersimpan pada cerita ini seperti hal yang pernah dikatakan oleh Albert Einstein “Jangan mengharapkan hasil yang berbeda jika kita melakukannya dengan cara yang sama”. Kata bijak Einstein ini memberi arti bahwa kita tidak bisa mengharapkan hasil yang lebih baik jika kita selalu memakai cara yang sama terus menerus. Jangan takut untuk mencoba cara yang baru, yang berbeda dari sebelumnya.
 
Jika ingin hidup kita berubah, kita juga harus berubah. Mengubah cara pikir, cara pandang dan cara melakukan sesuatu. Memang benar adanya bahwa kita bisa berhasil dengan satu cara, contohnya batu saja bisa berlubang jika terus menerus di tetesi oleh air. Benar sekali, tapi masalahnya berapa lama kita harus bertahan dan menunggu? Bagaimana jika kita melakukannya dengan cara yang berbeda? Tidak dengan tetesan air lagi tapi menggantinya dengan pancuran air, tentunya batu akan lebih cepat berlubang. Semoga cerita ini menginspirasi.

Kisah Inspiratif Semut dan Lalat, Kata Bijak Einstein
Kata Bijak Einstein

 

2. Kisah Inspiratif Nelayan dan Manager

 

Kisah Inspiratif Nelayan dan Manager
Kisah Inspiratif Nelayan dan Manager

 
        Suatu sore, seorang manager perusahaan ternama, sedang berlibur dan berjalan-jalan di tepi pantai. Dia berjumpa dengan seorang nelayan yang sedang mengumpulkan ikan hasil tangkapannya.

Si manager penasaran dengan pekerjaan si nelayan dan dia pun bertanya
“Selamat sore pak, kalau boleh tau berapa lama waktu yang bapak butuhkan buat menangkap hasil ikan sebanyak ini Pak?” Tanya si manager kepada nelayan yang di hampirinya

“Kira-kira 5 jam tiap hari.” jawab nelayan itu dengan ramah.

“Apakah penghasilan dari bapak melaut, cukup buat menbiayai kebutuhan bapak sekeluarga? Dan kalau boleh tahu sudah berapa lama Bapak menjadi nelayan?” Kembali si Manajer bertanya.

“Sangat cukup buat menghidupi kebutuhan saya dan biaya sekolah anak-anak saya. Saya sudah lama menjadi nelayan, sejak saya masih remaja.” jawab si nelayan.

Si Manajer mengangguk-anguk. Lalu dia berkata perlahan.”Pak, apakah bapak bersedia bila saya beri saran?”

“Oh tentu saja.” Jawab si Nelayan.

“Supaya Bapak bisa hidup enak dimasa depan, saya sarankan Bapak meningkatkan waktu melaut Bapak menjadi 10 jam setiap hari, dengan demikian Bapak mempunyai penghasilan dua kali lipat dari saat ini. Namun jangan gunakan penghasilan tambahan tersebut untuk hidup sehari-hari, tabung dan investasikan uang tersebut untuk membeli perahu baru.

Dalam waktu 5 tahun, seharusnya Bapak sudah akan mempunyai perahu baru yang bisa Bapak sewakan sehingga penghasilan Bapakpun akan bertambah lebih besar. Selanjutnya penghasilan yang lebih besar ini Bapak tabung kembali sehingga 5 tahun kemudian Bapak akan mempunyai 4 perahu.

Dengan hasil tangkapan ikan dari 4 perahu itu, Bapak bisa menjual langsung ke pasar ikan, tanpa harus menjual ke tengkulak, maka penghasilan Bapak akan lebih besar. Dalam waktu 10 tahun Bapak akan mempunyai minimal 10 perahu dan bisa mendirikan koperasi sendiri untuk hasil tangkapan ikan dari perahu-perahu yang Bapak miliki.”

Si nelayan mendengar dengan seksama apa yang dikatakan si manager.”Jadi setiap hari saya harus bekerja 10 jam yah?”

“Itu selama 5 tahun pertama, jika sudah mempunyai perahu tambahan serta telah menjual ikan langsung ke pasar, kira-kira waktu bekerja Bapak tiap hari nya bisa 11 jam hingga 14 jam.” kata si Manager yang bahagia sebab pendapatnya ditanggapi oleh si nelayan.

“Jika sudah mempunyai banyak perahu dan koperasi, lalu apalagi keuntungannya.” Kembali si nelayan bertanya.

“Inilah tujuan akhirnya, kurang lebih 20 tahun dari sekarang, Bapak dapat menunjuk profesional seperti saya untuk menjalankan bisnis Bapak. Jadi Bapak tidak perlu bekerja penuh tiap hari, cukup meluangkan waktu kurang dari 5 jam sehari untuk memeriksa bisnis Bapak. Sisa waktunya dapat Bapak nikmati untuk keluarga, untuk beribadah, menikmati hobi dan juga berolahraga untuk kesehatan Bapak.” Ucap si Manajer.

Si Nelayan tersenyum.” Jika tujuan akhirnya adalah itu, maka saat ini saya sudah dapatkan, saat ini saya mempunyai waktu untuk mengantar anak saya sekolah, menemani mereka, menemani istri saya mengurus rumah, saya juga punya waktu untuk hobi, juga untuk beribadah dan berolahraga untuk menjaga kesehatan saya.” Setelah berbicara demikian si nelayan merapikan, ikan hasil tangkapannya dan pergi meninggalkan si manager yang terdiam seorang diri.

Pesan tersimpan pada kisah ini adalah ukuran kebahagiaan tiap orang itu berbeda-beda, kita jangan memaksakan ukuran kita kepada orang lain.

Bekerja keras untuk sukses itu harus, namun kita juga perlu meluangkan waktu untuk hal-hal yang penting lainnya seperti keluarga, beribadah dan berolah raga.

Jangan sampai kita mengorbankan hal-hal penting tersebut, sehingga kita menyesal dimasa yang akan datang.

Sayangi keluarga Anda, temani aktivitas anak-anak Anda, sebab masa kecil adalah masa dimana mereka sangat membutuhkan kehadiran Anda.


Kebahagiaan, Ukuran Bahagia, Bahagia
Kebahagiaan


Baca Juga artikel lainnya : 




LihatTutupKomentar