2 Kisah Inspiratif tentang Tiket dan Pandangan Pertama

2 Kisah Inspiratif tentang Tiket dan Pandangan Pertama

 

Mari kita ambil pesan moral dari kedua kisah ini untuk menambah pengetahuan kita serta memperkuat dan mempermudah kita dalam menjalani kehidupan ini

1. Kisah Inspiratif Tiket

 

Kisah Inspiratif Tiket
Kisah Inspiratif Tiket

    Sepuluh tahun silam, seorang perempuan dari Asia datang ke Prancis untuk kuliah di salah satu universitas populer di Paris.

Dia memang pintar, bahasa Prancis dan Inggris nya sangat bagus sehingga ia lulus seleksi.

Semenjak mulai kuliah di hari pertama, Ia perhatikan kalau sistem transportasi di Paris memakai sistem otomatis.

Artinya, Anda beli tiket sesuai dengan tujuan lewat mesin.

Tiap perhentian kendaraan umum, menggunakan metode self-service dan jarang ada pemeriksaan petugas.

Apalagi pengecekan insidentil oleh petugas pun nyaris tidak ada, bukan karena manajemennya yang kurang baik tapi factor * TRUST * serta tertib sosial di sistem transportasi Kota Paris memanglah sudah baik.

Lama kelamaan dia mengetahui kelemahan sistem ini, dan dengan kelihaiannya itu dia dapat naik transportasi umum tanpa harus membeli tiket serta dia telah memperhitungkan kemungkinan tertangkap petugas sebab tidak beli tiket, sangat kecil.

Semenjak itu, dia senantiasa naik kendaraan umum tanpa membeli tiket.

Dia malah menganggap hal itu sebagai salah satu metode penghematan sebagai mahasiswi miskin yang dengan metode apapun jika dapat irit, ya diirit.

Ia bahkan merasa bangga karena dianggapnya hal itu sebagai kehebatan yang tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang.

Empat tahun kemudian, perempuan muda itu pun tamat dengan cumlaude dari fakultas popular dan universitas ternama di Paris dengan angka indeks prestasi kumulatif (IPK) yang sangat baik.

Hal itu membuat dirinya sangat percaya diri.

Setelah wisuda, perempuan itu mulai mengajukan surat lamaran kerja ke beberapa perusahaan ternama di Paris.

Pada mulanya, seluruh perusahaan yang dikirimi surat lamaran via email merespon dengan sangat baik sebab IPK-nya yang tinggi serta lulusan universitas ternama di Paris.

Tapi beberapa hari kemudian, seluruhnya menolak dengan berbagai alasan.

Hal ini terus terjadi kesikian kalinya sampai akhirnya membuat dirinya merasa jengkel dan marah.

Dia bahkan sampai menuduh perusahaan-perusahaan itu rasis karena tidak mau menerima warga negara asing walaupun lulus dengan hasil cumlaude dan dari universitas ternama di Paris.

Akhirnya, pada suatu hari karena penasaran bercampur dongkol dia memutuskan untuk mengadukannya ke Departemen Tenaga Kerja Prancis di Paris.

Dia ingin melapor sekaligus ingin mengetahui mengapa perusahaan-perusahaan tersebut menolaknya.

Namun, Saat bertemu dengan salah satu manager di kantor Depnaker Paris tersebut, Dia mendapat penjelasan di luar perkiraannya.

 
Berikut adalah percakapan mereka.

Manager:
Nona, kami tidak rasis, malah kami sangat mementingkan Anda.
Pada saat Anda mengajukan surat lamaran pekerjaan di perusahaan, kami sangat terkesan dengan nilai akademis dan pencapaian Anda.
Sebenarnya berdasarkan kemampuan, Anda adalah golongan pekerja yang kami cari-cari.”

Mahasiswi:
Jika begitu, mengapa perusahaan-perusahaan tersebut tidak menerima saya bekerja?

Manager:
Jadi begini, setelah kami periksa di database, kami menemukan data bahwa Anda pernah tiga kali kena hukuman tidak membayar tiket saat naik kendaraan umum.

Mahasiswi: (kaget)
Ya, saya mengakuinya. Namun, apakah sebab masalah kecil itu seluruh perusahaan menolak saya?

Manager:
Masalah kecil?
Kami tidak menganggap itu sebagai masalah kecil, Nona.
Kami amati di database, Anda pertama kali melanggar hukum terjadi di pekan pertama Anda masuk di negara ini.

Saat itu petugas percaya dengan penjelasan yang Anda katakan bahwa Anda masih belum mengerti sistem transportasi umum di sini. Itu sebabnya kesalahan tersebut diampuni. Tetapi Anda tertangkap dua kali setelah itu.

Mahasiswi:
Ohh, waktu itu karena tidak punya uang kecil saja.

Manager:
Tidak, tidak. Kami tidak dapat menerima penjelasan Anda.
Jangan anggap kami bodoh. Kami yakin Anda telah melakukan hal ini ratusan kali sebelum Anda tertangkap.

Mahasiswi:
OK baiklah. Namun, itu kan bukan perkara besar? Mengapa harus begitu serius? Lain kali saya perbaiki dan berubah kan masih bisa?

Manager:
Maaf Nona, kami tidak menganggap demikian.
Perbuatan Anda membuktikan dua hal :
 
Pertama, Anda tidak mau menjalankan peraturan yang ada. Anda pintar mencari kelemahan dalam peraturan dan memanfaatkannya untuk keuntungan diri sendiri.
Kedua, Anda tidak dapat dipercaya !

Nona, banyak pekerjaan di berbagai perusahaan yang bergantung pada kepercayaan (trust)

Bila Anda diberikan tanggung jawab atas tugas di suatu daerah, maka Anda akan diberikan kuasa yang besar. Karena efisiensi biaya, kami tidak menggunakan sistem kontrol untuk mengawasi pekerjaan Anda. Hampir seluruh perusahaan besar di Paris ini mirip dengan sistem transportasi di negeri ini.

Oleh karena itu, kami tidak bisa menerima Anda, Nona.

Dan saya berani mengatakan bahwa di negara kami bahkan seluruh Eropa, tidak akan ada perusahaan yang mau menggunakan jasa Anda.

Pada saat itu, perempuan ini seperti tertampar dan terbangun dari mimpinya serta merasa sangat menyesal.

Namun, penyesalan memang selalu datang belakangan ketika nasi sudah jadi bubur atau peristiwa buruk telah terjadi.

Perkataan manager itu membuat hatinya bergetar dan sangat menyesal.
Perempuan itu akhirnya terdiam seribu bahasa tidak bisa berkata apapun.

Pesan tersimpan yang dapat kita petik dari kisah nyata mahasiswi pintar tersebut adalah
Moral, etika (attitude) itu sangat penting, bahkan ditempatkan di atas kepintaran, kecerdasan atau kegeniusan.

Dalam kehidupan sosial, moral dan etika (attitude) seseorang dapat menutupi kekurangan IQ atau kepintaran intelektual.

Namun IQ atau kepintaran, bagaimanapun tingginya, tidak akan dapat menolong etika moral dan integritas yang buruk.

Samuel Johnson mengatakan Knowledge without integrity is dangerous and dreadful (Pengetahuan tanpa integritas pasti berbahaya dan mengerikan).

Clive S Lewis mengatakan Integrity is doing the right thing, even when no one is watching ( Integritas adalah melakukan hal yang benar, ketika tidak ada yang melihat)

 

Integritas
Integritas

 


2. Kisah Inspiratif Pandangan Pertama

 

Pandangan Pertama
Pandangan Pertama


         Ada seorang anak berusia 20 tahun yang naik kereta bersama ayahnya. Mereka duduk di sebelah seorang wanita.

Anak tersebut melihat kearah luar dan berteriak, “Ayah, lihatlah, pohon-pohon itu berjalan ke arah yang berlawanan dengan kita!”

Sang ayah tersenyum dan wanita yang duduk di sebelahnya merasa heran serta kasihan melihat perilaku anak tersebut.

lima menit kemudian, anak tersebut berteriak lagi dan berkata, “Ayah, lihatlah, awan berjalan mengikuti kita!”

Setelah sang anak berteriak, wanita tersebut berkata kepada sang ayah, “Mengapa Anda tidak membawanya kepada seorang dokter? Menurut saya ia perlu dirawat di rumah sakit”

Mendengar perkataan itu, sang ayah tersenyum dan berkata, “Hampir setiap hari saya datang ke rumah sakit sejak anak saya lahir, anak saya buta sejak lahir, dan hari ini, ia baru saja sembuh dari kebutaan tersebut”

Pesan tersimpan dari kisah ini bahwa setiap orang mempunyai alasan tersendiri, jangan menyimpulkan hanya dari apa yang kita lihat saat ini. Berhentilah menilai seseorang hanya dengan sekali pandangan saja, hanya dari luarnya saja tanpa mengetahui seluruh faktanya. Berpikirlah sebelum bertindak.

 

Think before act
Think before Act

 

Baca Juga artikel lainnya :

 

LihatTutupKomentar